Rahim Pengganti

Bab 63 "Bayangan masa lalu"



Bab 63 "Bayangan masa lalu"

0Bab 63     
0

Bayangan Masa Lalu.     

Kondisi Carissa dan Melody sudah semakin baik, keduanya sudah boleh pulang hal itu membuat Caca senang setidaknya dirinya tidak harus berada di rumah sakit dengan penjagaan yang begitu ketat. Sejak kasus suaminya dengan istri pertamanya itu mencuat Bian meminta penjagaan yang begitu besar.     

Hal itu membuat Caca tidak suka, jika ada rumah setidaknya Carissa tidak harus bertemu dengan mereka mereka yang berpakaian serba hitam.     

"Mama gimana dek?" tanya Carissa. Kemarin mertuanya itu, sudh boleh pulang dan hal itulah membuat Caca sedikit lega. Apalagi kemarin sempat kondisi, Mama Ratih drop sehingga membuat semua orang panik akan hal itu.     

"Udah lumayan. Mama tadinya mau ikut jemput mbak sama Melody. Cuma Mas Bian bilang, gak usah karena kondisi Mama yang baru pulang," jelas Siska. Setiap mendengar nama suaminya di sebut seketika mood Caca langsung berubah. Wanita itu masih kesal dengan keadaan bahwa dirinya ternyata istri kedua. Mengetahui hal itu membuat Caca tidak suka, entah kenapa rasanya sangat aneh.     

***     

Suasana mobil sangat sepi, keduanya tidak ada yang membuka suara. Siska yang ada urusan bersama temannya tidak ikut dalam mobil ini. Sesekali, Bian melirik ke arah istrinya itu. Helaan napas berat, terdengar jelas.     

Saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, Bian mencoba memengang tangan Carissa, wanita itu lalu menoleh ke arah suaminya yang sudah memasang senyum manisnya.     

"Maaf," ujar Bian. Caca tidak menggubris ucapan dari suaminya itu, wanita itu hanya diam dengan ekspresi wajah yang sangat sulit diartikan. Bian hanya bisa mendesah pasrah, sepertinya saat ini masih belum waktunya untuk bicara dengan Carissa. Banyak hal yang terjadi membuat pikiran Bian sedikit teralihkan.     

Kasus Della ternyata tidak sesimpel yang terlihat, banyak yang sudah ditutupi oleh wanita itu. Bian saja, tidak menyangka wanita yang selama ini hidup dengan ada seseorang yang berdarah dingin. Della bisa melakukan semua hal, untuk bisa mendapatkan.     

Lampu sudah hijau, Bian langsung mengendarai mobilnya menuju rumah mereka. Rumah yang sudah lama tidak Bian kunjungi, selama Carissa di rumah sakit hanya bi Sumi atau bi Susi yang datang membawakan beberapa keperluan mereka. Selebihnya Bian hanya membeli jika ada barang yang kurang.     

"Mampir di mini market depan," ujar Carissa. Bian yang sedang fokus hampir saja mengerem mendadak, saat mendengar ucapan yang terlontar dari bibir istrinya itu. Senyum tipis yang hanya bisa dilihat oleh Bian seorang diri, terbit dengan sempurna. "Siap," jawabnya. Bian langsung menuju ke tempat tersebut.     

***     

Di lain tempat, Della sedang meminum minuman beralkohol, saat ini wanita itu sedang bersembunyi di sebuah kota. Della tidak ingin masuk penjara, sehingga dirinya berusaha untuk kabur.     

Della tidak sendirian, dirinya bersama dengan seseorang yang selalu Della repotkan jika dirinya dalam sebuah kasus.     

"Loe selalu nyari gue kalau sudah," ucap pria itu dengan kesal. Sedangkan, Della hanya tersenyum, apa yang diucapkan oleh pria itu memang benar adanya. "Tapi loe suka, kan kalau gue nyari loe. Loe dengan mudahnya bisa ngajakin gue tidur," balas Della. Pria itu terkekeh, apa yang diucapkan oleh Della memang benar, wanita yang terlihat baik ini nyatanya tidak. Setelah keluar dari panti asuhan, Della dirawat oleh kedua pasangan suami istri, dari dua orang itulah Della mulai mengenal dunia malam.     

Saat itu Della masih belia, dirawat dan dibesarkan oleh dua orang yang bagi Della sangat dia sayangi. Hingga di saat usianya 17 tahun, dengan teganya ayah angkatnya mengajak Della ke sebuah club' malam. Della yang sangat percaya dengan laki laki itu, dengan mudah menuruti hal itu.     

Aroma menyengat alkohol tercium, dengan sangat menyengat. Della yang tidak mengerti apa apa, hanya ikut saja.     

"Minumlah," ujar sang Ayah sembari menyodorkan secangkir minuman berwarna putih, Della mencium aroma yang tidak enak. Tapi karena itu, berasal dari sang ayah. Della langsung meminumnya, gadis itu merasakan pahit yang tidak nyaman.     

"Rasanya tidak enak Ayah," ucap Della.     

"Rasanya itu enak nanti, lama kelamaan. Kamu harus bisa minum banyak, hidup ini keras Della," ujar sang Ayah. Della yang selalu yakin, dengan kedua orang tuanya selalu mempercayai keduanya.     

Kepala Della sudah tidak kuat, hingga dirinya merasakan ada seseorang yang membawanya. Della semakin jauh dari sang ayah yang tersenyum bahagia. Wanita itu tidak tahu, akan dibawa kemana. Hingga Della merasakan dirinya dibanting ke sebuah tempat tidur, dengan sisa sisa kesadarannya Della merasakan badannya remuk.     

"Ahh ... ahh ... aaah," desah Della.     

Wanita itu hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah dilakukan oleh seorang pria yang ada diatasnya, dirinya ingin menolak namun, tubuhnya tidak mampu pria itu melakukannya dengan sangat kasar hingga Della memekik kesakitan.     

Sejak saat itu, Della menjadi wanita malam Della selalu menyalahkan takdirnya. Menyalahkan Carissa, karena dia Della harus menjadi seperti ini. Menjadi sosok wanita penghibur, demi menghasilkan uang untuk dua orang tua angkat yang seharusnya mengadopsi Carissa bukan dirinya.     

"Woi. Loe ngelamun?" tergur pria itu. Della menatap ke arah pria yang ada di depannya saat ini, Della kembali mengingat bayangan masa lalunya. Bayangan yang selalu ingin dia lupakan, bayangan yang membuatnya harus terus merintih kesakitan.     

Faktor utama kenapa dipernikahan Della dan Bian belum dikaruniai seorang anak karena saat Della berusia belasan, gadis itu sudah dua kali melakukan aborsi dan hal itu menyebabkan rahimnya sedikit terganggu.     

"Loe mikirin apa sih Del? Udah loe diam aja di sini, sampai ini semua selesai. Gue yakin, semua ini akan hilang dalam hitungan minggu. Nanti kalau semua sudah aman, loe minta cerai sama suami loe itu terus gugat harta Gono gini," ujar pria itu. Della hanya menatapnya dengan tatapan datar, tidak ada perkataan yang terlontar dari mulutnya.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Bian sudah sampai di depan rumah mereka. Ternyata di dalam sana, sudah banyak orang orang yang menunggu kedatangan mereka. Mama Ratih segera menyambut menantunya itu, Carissa bahagia. Meskipun saat ini ingatannya masih belum pulih namun, Caca yakin bahwa semua orang yang ada di sini sangat menyayanginya.     

"Duduk di sini aja sama Tante. Kamu itu harus banyak istirahat Ca," ujar Tante Elsa. Wanita itu langsung terbang, ke Jakarta saat tahu keponakannya itu sudah diperbolehkan pulang.     

Caca hanya tersenyum, dirinya tidak mengenali wanita yang ada didepannya saat ini.     

"Terima kasih," ucap Carissa.     

Semua orang di sana sudah berebut untuk menggendong Melody terutama kedua teman Bian. Elang dan Jodi sudah adu mulut sejak tadi, keduanya tidak diperbolehkan oleh Bian untuk menyentuh anaknya, menurut Bian hal itu bisa membuat pengaruh buruk untuk anaknya.     

"Loe emang sekate kate banget tahu gak. Masa, gue gak boleh gendong keponakan gue sendiri. Gimana ini Ca," ucap Jodi dengan penuh drama. Bian yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, jika sudah seperti ini. Maka dapat dipastikan bahwa Caca akan mengizinkan.     

"Di gendong aja. Anaknya gak rewel juga," balas Carissa. Bian hanya bisa pasrah, Jodi yang merasakan kemenangan langsung merebut Melody di tangan Bian. Pria itu sangat bahagia, melihat raut wajah Bian yang masam.     

###     

Hula. Selamat membaca dan terima kasih buat kalian semuanya. Love you guys, sehat selalu ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.